Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat
Jama’ah Tabligh termasuk ahlul
bid’ah dan firqah sesat yang menyesatkan dari firqah shufiyyah. Firqah
tabligh ini terbit dari India yang dilahirkan oleh seorang shufi
tulen bernama Muhammad Ilyas. Kemudian firqah sesat ini mulai mengembangkan
ajarannya dan masuk ke negeri-negeri Islam seperti Indonesia dan Malaysia dan
lain-lain.
Firqah tabligh ini dibina atas dasar
kejahilan di atas kejahilan yang dalam dan merata yang diawali oleh pendirinya,
pengganti-penggantinya,Amir-amirnya, tokoh-tokohnya, syaikh (guru)-syaikhnya,
murid-muridnya, istimewa pengikut-pengikutnya dari orang-oang awam. Kejahilan
mereka terhadap Islam, mereka hanya melihat Islam dari satu bagian dan tidak
secara keseluruhan sebagimana yang Allah perintahkan, “Wahai orang-orang
yang beriman, masuklah kamu ke dalam (ajaran) Islam scara kaffah (keseluruhan).”
(Al-Baqarah: 208).
Kerusakan aqidah mereka yang
dipenuhi dengan kesyirikan yang berdiri di atas manhaj shufiyyah. Ibadah mereka
yang dipenuhi dengan bid’ah yang sangat jauh dari Sunnah. Akhlak dan adab
mereka yang dibuat-buat sangat jauh dari akhlak Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam dan para shahabatnya. Mereka sangat fakir dan miskin dari ilmu
karena mereka sangat menjauhi ilmu. Kebencian dan kedengkian mereka yang sangat
dalam kepada imam-imam Ahlus Sunnah wal Jama’ah seperti Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah, Ibnul Qayyim, Muhammad bin Abdul Wahhab dan lain-lain. Bahkan salah
seorang amir dari firqah tabligh ini pernah berkata dengan sangat marah sekali,
“Kalau seandaiya aku mempunyai kekuatan sedikit saja, pasti akan aku bakar
kitab-kitab Ibnu Taimiyyah dan Ibnul Qayyim dan Ibnu Abdul Wahab. Dan aku tidak
akan tinggalkan sedikitpun juga dari kitab-kitab mereka yang ada di permukaan
bumi ini.” (Dari kitab al-Qaulul Baligh fit Tahdzir min Jama’atit Tabligh
hal. 44-45 oleh Syaikh Hamud bin Abdulah bin Hamud at-Tuwaijiriy).
Alangkah besarnya kebencian dan
permusuhan mereka terhadap pembela-pembela Sunnah.
BID’AH-BID’AH JAMA’AH TABLIGH
Di antara bid’ah-bi’ah Jama’ah
Tabligh ialah “ushul sittah” (dasar yang enam) yaitu:
Pertama: Kalimat Thayyibah.
Yaitu dua kalimat syahadat: Asyhadu
alla ilaaha illallah wa asy hadu ana muhammadar-rasulullah. Yang mereka
maksudkan hanya terbatas pada tauhid rububiyyah, yaitu mengesakan Allah
di dalam penciptaan-Nya, kekuasaan-Nya, pengaturan-Nya dan lain-lain yang masuk
ke dalam tauhid rububiyyah.
Tauhid inilah yang mereka amalkan
dan menjadi dasar di dalam dakwah mereka. Adapun tauhid uluhiyyah atau
tauhid ubudiyyah (yaitu mengesakan Allah di dalam beribadah kepada-Nya)
dan tauhid asma’ wassifat (mengesakan Allah di dalam nama dan sifat-Nya
tanpa ta’wil) tidak ada pada mereka baik secara ilmu maupun amal dan
dakwah. Oleh karena itu, mereka mmembatasi berhala, istimewa pada zaman ini,
hanya lima macam berhala:
1. Berusaha mencari rezeki dengan
menjalani sebab-sebabnya seperti berdagang atau membuka toko dan lain-lain dari
jalan yang halal.
Inilah yang dikatakan berhala oleh
Jama’ah Tabligh! Karena dia akan melalaikan manusia dari kewajiban agama kecuali
kalau mereka khuruj (keluar di jalan Allah menurut istilah firqah
Jama’ah Tabligh) bersama Jama’ah Tabligh!?
2. Berhala yang kedua yaitu:
Keluarga dan teman.
Karena mereka ini pun melalaikan
manusia dari mengakkan kewajiban kecuali kalau mereka khuruj
bersama Jama’ah Tabligh!?
3. Berhala yang ketiga yaitu: Nafsu
Ammaarah Bissuu’ (nafsu yang mmerintahkan berbuat kejahatan).
Karena menurut mereka nafsu
ammaarah ini menghalangi menusia dari
berbuat kebaikan dan dari jalan
Allah seperti khuruj bersama Jama’ah Tabligh.
Jama’ah Tabligh adalah ahlul bid’ah,
jahil dan sesat bersama khuruj bid’ah mereka, maka merekalah yang lebih berhak
mengkuti nafsu ammaarah. Adapun orang yang menyalahi Jama’ah Tabligh dan
berpaling dari mereka serta memperingati manusia dari bid’ahnya firqah tabligh,
maka diharapkan orang tersebut jiwanya thayyibah (baik) marena ia
mengajak manusia kepada kebaikan dan melarang dari kejahatan dan pelakunya.
4. Berhala yang keempat: Hawa
Nafsu.
Karena menurut Jama’ah Tabligh hawa
nafsu ini akan menghalangi manusia dari kebaikan seperti khuruj bersama mereka.
Sesungguhnya Jama’ah Tabligh yang
lebih berhak dikatakan sebagai pengikut-pengikut hawa nafsu kaena mereka
termasuk ahlul bid’ah. Sedangkan ahlul bid’ah adalah orang yang mengikuti hawa
nafsu oleh karena itu ulama kita menamakannya ahlul ahwaa’. Di antara
bukti bahwa Jama’ah Tabligh pengikut hawa nafsu mereka membai’at manusia atas
dasar beberapa tarekat shufiyyah sebagaimana akan datang penjelasannya.
Pengantar
Pada pembahasan yang lalu, kita
telah mengemukakan sedikit penjelasan tentang apa dan bagaimana sebenarnya
firqoh sesat Jama’ah Tabligh itu, dan sedikit penjelasan tentang
bid’ah-bid’ah yang dilakukan oleh firqoh Jama’ah Tabligh (JT).
Pada pembahasan kali ini, kita akan melanjutkan tulisan dari Fadhilatul Ustadz
Abdul Hakim bin Amir Abdat hafidzohullah menganai bid’ah-bid’ah dan
kesesatan firqoh ini…selamat membaca…(admin)
5. Berhala yang kelima yaitu: Syaithon
Yang terakhir ini menurut firqoh
tabligh sangat besar menghalangi manusia dari kebaikan seperti khuruj
bersama Jama’ah Tabligh.
Pada hakikatnya Jama’ah Tablighlah
yang dihalangi oleh syaithan dari kebenaran yang sangat besar yaitu mengikuti
Sunnah Nabi shallallahu ’alaihi wasallam dan diperintah untuk
mengerjakan kejahatan yang besar yaitu bid’ah. Karena bid’ah lebih dicintai
iblis dari maksiat dan sangat dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan
Jama’ah Tabligh tergolong ahlul bid’ah yang mengikuti sunnahnya shufiyyah.
Kedua: Shalat Lima Waktu, shalat
Jum’at, shalat jama’ah di masjid, shalat yang khusyu’, shalat pada shaf yang
pertama, memperbanyak shalat-shalat sunnah dan lain-lain.
Yang pada hakikatnya amal-amal di
atas diwajibkan dan sangat disukai di dalam agama. Akan tetapi Jama’ah Tabligh
telah melalaikan beberapa kewajiban untuk menegakkan amal-amal di atas di
antaranya:
Ilmu
Mereka beramal dengan kebodohan
tanpa ilmu kecuali ilmu fadhaa-il (keutamaan keutamaan amal) sebagaimana
akan datang keterangannya pada dasar yang ketiga.
Mengikuti Sunnah
Mereka meninggalkan mengikuti Sunnah
Nabi shallallahu ’alaihi wasallam dengan berpegang kepada bid’ah, taqlid
dan ta’ashshub madzhabiyyah.
Melalaikan mempelajari rukun-rukun,
kewajiban-kewajiban dan hukum-hukum dari amal-amal di atas
Oleh karena itu, kita lihat mereka
tidak mengerti cara shalat Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam. Adapun
masjid, maka mereka mangajak ke masjid-masjid tempat mereka berkumpul.
Ketiga: Ilmu.
Yang mereka maksudkan dengan ilmu
ialah:
- Ilmu fadhaa-il
yaitu tentang mempelajari keutamaan-keutamaan amal menurut mereka. Adapun
ilmu tauhid dan ahkaam (hukum-hukum) dan masalah-masalah fiqhiyyah
(fikih) dan ilmu berdasarkan dalil-dalil al-Kitab dan Sunnah, mereka
sangat jauh sekali dan melarangnya bakhan memeranginya.
- Ilmu tentang rukun iman dan Islam. Akan tetapi mereka
memelajarinya atas dasar tarekat-tarekat shufiyyah,
khurafat-khurafat, hikayat-hikayat yang batil dan ta’ashshub
madzhabiyyah.
Keempat: Memuliakan atau menghormati kaum Muslimin.
Menurut firqoh tabligh, setiap orang
yang mengucapkan dua kalimat ”Laa ilaaha illallah muhammadar-rasulullah”,
maka wajib bagi kita memuliakan dan menghormatinya meskipun orang tersebut
telah mengerjakan sebesar-besar dosa besar seperti syirik. Menurut mereka:
”Kami tidak membenci pelaku maksiat akan tetapi yang kami benci adalah
maksiatnya!!”
Di dalam dasar yang keempat ini,
mereka sangat berlebihan menghormati atau memuliakan kaum muslimin dengan
meninggalkan nahi munkar dan nasihat dan dengan cara yang dibuat-buat.
Kalima: Mengikhlaskan niat
agar jauh dari riya’ dan sum’ah (memperdengarkan amal kebaikan).
Akan tetapi, mereka meninggalkan
Sunnah dan mengikuti-mengikuti cara-cara ikhlas di dalam tashawwuf.
Keenam: Khuruj. Menurut
Jama’ah Tabligh makna khuruj keluar di jalan Allah berdakwah yang
merupakan jihad yang paling besar. Mereka membatasi dakwah hanya dengan khuruj
berjama’ah bersama mereka selama tiga hari dan seterusnya. Khuruj ini
mempunyai kedudukan dan keutamaan yang besar di dalam bid’ah mereka melebihi
shalat, sedekah, puasa, dan haji dan lain-lain.
Keutamaan khuruj ini pernah
saya dengar langsung dari salah seorang amir mereka di Pekanbaru pada tahun
1995 di Masjid Agung An-Nur selepas shalat maghrib. Ketika amir itu telah
selesai dari ceramah bid’ahnya dan mengajak kaum muslimin mengerjakan bid’ah
yang lain yaitu khuruj, saya tanyakan mana dalilnya dari Al-Kitab dan
Sunnah tentang keutamaan khuruj yang saudara katakan tadi? Amir itu
sangat terkejut dan mengingkari apa yang telah dia katakan di atas. Kemudian
saya meminta kepada Jama’ah Tabligh yang hadir di masjid itu untuk menjadi
saksi bahwa amir mereka betul-betul telah mengucapkannya. Besar harapan saya
bahwa mereka akan membenarkan apa yang saya katakan dan menjadi saksi di dalam
kebenaran bukan menjadi saksi palsu. Akan tetapi harapan saya hilang ketika
mereka semuanya mengingkari saya dan membenarkan amir mereka. Tidak ada saksi
bagi saya kecuali Allah Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat kemudian seorang
ikhwan kita yang duduk di samping saya. Lalu saya pun meninggalkan masjid
sambil berkata bahwa mereka ini semuanya pembohong!
Aqidah dan amalan khuruj mereka
berasal dari mimpinya pendiri Jama’ah Tabligh yaitu Muhammad Ilyas. Dia
bermimpi menafsirkan ayat Al-Qur’an surat Ali Imaran ayat 110 yang artinya:
”Kamu adalah umat yang terbaik
yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari
yang munkar dan beriman kepada Allah.”
Berkata Muhammad Ilyas di dalam
mimpinya itu ada yang mengatakan kepadanya tentang ayat di atas: ”Sesungguhnya
engkau (diperintah) untuk keluar kepada manusia seperti para Nabi.”
Tidak syak lagi bagi ahli ilmu bahwa
tafsir Muhammad Ilyas atas jalan mimpi mengikuti cara-cara shufiyyah
adalah tafsir yang sangat batil dan rusak. Tafsir syaithaniyyah yang
mewahyukan kepada Muhammad Ilyas yang akibatnya timbulnya bid’ah khuruj
yang menyelisihi manhaj para Shahabat. Terang-terangan atau tersembunyi tafsir
Muhammad Ilyas ini menujukkan bahwa dia mendapat wahyu dan diperintah oleh
Allah seperti perintah Allah kepada Nabi dan Rasul. Yang pada hakikatnya,
syaithanlah yang mewahyukan kepada dia dan kaum shufi yang lainnya demi membuat
bid’ah besar.
Bid’ahnya Jama’ah Tabligh adalah
mereka bermanhaj dengan manhaj shufi di dalam aqidah, dakwah, ibadah,
akhlaq dan adab dan lain-lain. Baik orang-perorangnya, amir-amirnya dan
guru-gurunya.
Bid’ahnya Jama’ah Tabligh, amir dan
sebagian dari guru-guru mereka dibai’at atas empat macam tarekat shufiyyah
yaitu:
- Naqsyabandiyyah
- Qaadiriyyah
- Jisytiyyah
- Sahruwiyyah
Demikianlan amir tertinggi mereka
membai’at pengikut-pengikutnya atas dasar empat tarekat di atas.
Mereka sangat berpegang dan
memuliakan kitab mereka: Tablighi Nishaab (Kitab Tablighi
Nishaab dinamakan juga kitab Fadlaa-il a’maal) oleh
Muahmmad Zakaria Kandahlawiy secara manhaj maupun dakwah. Kitab Tablighi
Nishaab ini dipenuhi dengan berbagai macam bid’ah, syirik, tashawwuf,
khurafat, hadits-hadits dha’if dan maudlu’. Di antara bid’ah
syirkiyyat (syirik-ed) yang terdapat di dalam kitab ini ialah memohon
syafa’at kepada Nabi shallallahu ’alaihi wasallam. Dan beliau pernah
mengeluarkan tangannya dari kubur beliau untuk menyalami Ahmad Ar-Rifaa’iy
(ketua shufi dari tarekat Ar-Rifaa’iyyah). Demikian juga dengan kitab Hayaatush
Shahabah oleh Muhammad Yusuf Kandahlawiy. Kitab ini pun dipenuhi dengan
khurafat-khurafat dan cerita-cerita bohong serta hadits-hadits dla’if
dan maudlu’. Kedua kitab di atas yang sangat diagungkan dan dimuliakan
oleh Jama’ah Tabligh adalah masuk ke dalam kitab-kitab bid’ah dan syirik serta
sesat.
Bid’ahnya Jama’ah Tabligh, bahwa
mereka telah membatasi Islam pada sebagian ibadah. Yang sebagian ini pun mereka
penuhi dan mencampur-adukkan dengan berbagai macam bid’ah dan syirkiyyat.
Mereka berpaling dari syari’at-syari’at Islam yang lain seperti tauhid, hukum,
dan jihad dan lain-lain.
Mereka meninggalkan ilmu dan ahli
ilmu. Mereka memperingati pengikut-pengikut mereka dari menuntut ilmu dan duduk
di majelis para Ulama kecuali orang yang mendukung mereka. Dengan demikian
meratalah dan tersebarlah kejahilan-kejahilan yang dalam di antara mereka dan
hilangnya ilmu dari mereka. Oleh karena itu yang menjadi timbangan mereka di
dalam memutuskan segala urusan ialah dengan jalan: Istihsan
(menganggap baik sesuatu perbuatan tanpa dalil), perasaan, mimpi-mimpi dan
karamah-karamah (yang pada hakikatnya wahyu dan bantuan dari syaithan).
Mereka mengajak manusia ke jalan
Allah dan masuk ke dalam agama Allah tanpa ilmu sama sekali dan tanpa bashirah
(hujjah dan dalil). Inilah dari sebesar-besar sebab yang membawa mereka
menyimpang dari ajaran Islam dan terjerumus ke dalam lembah kesasatan bid’ah
dan syirik. Bagaimana mungkin mereka mengajak manusia kepada sesuatu yang
mereka tidak paham dan tidak mengetahuinya!? Lihatlah! Mereka
mengajak kepada Islam dan mengikuti
perintah Allah dan Sunnah rasul-Nya padahal mereka tidak mengetahui dan
memahaminya!? Sebenarnya merekalah yang lebih
berhak dan sangat berhajat kepada Islam dan seluruh ajarannya dengan cara
belajar dan mehaminya dari Ulama bukan mengajar atau berdakwah kepada manusia!
Di antara bid’ah besar Jama’ah
Tabligh ialah bahwa mereka selalu berdalil dengan hadits-hadits dha’if, sangat
dha’if, maudlu’/ palsu dan hadits-hadits yang tidak ada
asal-usulnya sama sekali (laa ashlaa lahu).
Di antara bid’ah besar Jama’ah
Tabligh ialah bahwa mereka telah membuat kelompok (firqah) yang menyendiri dan
memisahkan diri dari kaum muslimin. Mereka tidak mengajak kaum muslimin kecuali
kepada firqah-nya baik secara manhaj, ilmu dan dakwah. Adanya imam
tertinggi dan amir-amir dan bai’at yang ditegakkan di dalam firqah tabligh ini.
Mereka mengajak kaum muslimin ke masjid-masjid dan markas-markas mereka untuk ijtima’
(berkumpul) umumnya sepekan sekali.
Di antara bid’ah besar jama’ah
tabligh ialah berkumpulnya ratusan ribu jama’ah di Bangladesh pada setiap
tahunnya. Di antara ijtima’ bid’iyyah ini keluarlah berbagai macam bid’ah
i’tiqad dan amaliyyah yang begitu banyak dikerjakan oleh jama’ah
tabligh. Sehingga sebagian dari mereka mengatakan berkumpulnya mereka di
Dakka ibu kota Bangladesh pada setiap tahunnya lebih utama dari berkumpulnya
jama’ah haji di Makkah. Mereka meyakini bahwa bahwa berdo’a pada akhir ijtima’
di atas mustajab. Mereka meyakini bahwa akad nikah pada hari itu
diberkati. Oleh karena itu sebagian dari mereka mengundurkan akad nikahnya
sampai hari ijtima’ tahunan di Bangladesh untuk memperolah barakahnya.
sampai hari ijtima’ tahunan di
Bangladesh untuk memperolah barakahnya.
Di antara bid’ah besar jama’ah
tabligh ialah bahwa mereka mewajibkan taqlid dan bermanhaj dengan
manhaj tashawwuf sebagaimana telah ditegaskan oleh salah seorang
imam mereka yaitu Muhammad Zakaria pengarang kitab Tablighi Nishaab atau
kitab Fadlaa-illul a’maal, ”…kami menganggap pada zaman ini taqlid
itu wajib sebagaimana kami menganggap tashawwuf syar’i itu
sedekat-sedekat jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Maka orang
yang menyalahi kami dalam dua perkara di atas (taqlid dan tashawwuf) maka dia
telah berlepas diri dari jama’ah kami…” (Jamaa’atut Tablligh,
Aqaa-iduha, Ta’ri-fuha hal. 69 dan 70 oleh ustad Abi Usamah Sayyid Thaaliburrahman).
Ini menunjukkan bahwa jama’ah tabligh dibina atas dasar taqlid dan tashawwuf.
Di antara bid’ah besar jama’ah
tabligh ialah berdusta atas nama Allah salah seorang ima mereka yang
bernama Muhammad Zakaria pengarang kitab Fadlaa-ilul a’maal dengan tegas
mengatakan: Bahwa Allah telah menguatkan madzhab hanafi dan Jama’ah
Tabligh!!! (Jamaa’atut Tabligh, Aqaa-iduha, ta’rifuha hal. 91 oleh ustadz
Abi Usamah Sayyid Thaaliburrahman).
Subhanallah! Sungguh ini satu dusta
besar yang telah dibuat oleh Muhammad Zakaria atas nama Allah. Apakah Allah
telah mewahyukan kepadanya setelah terputusnya wahyu bahwa Allah yang telah menguatkan
madzhab Hanafi dan Jama’ah tabligh!? Tidak syak lagi bagi ornag yang
beriman bahwa Muhammad Zakaria telah mendapat wahyu dari syaithan.
Di antara bid’ah besar Jama’ah
tabligh ialah berdusta atas nama Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam.
Berkata Muhammad Zakaria, ”Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ’alaihi
wasallam telah membagi waktu menjadi tiga bagian: Sepertiga di dalam rumahnya
bersama keluarganya, sepertiga mengirim jama’ah untuk tabligh dan sepertiga
beliau menyendiri.” (Jamaa’atut Tabligh, Aqaa-iduha, Ta’rifuha hal.
92 dan 93 oleh Ustadz Abi Usamah Sayyid Thaaliburrahman). Subhanallah! Orang
ini tidak punya rasa malu berdusta atas nama Rasulullah shallallahu ’alaihi
wasallam untuk menguatkan Jama’ah tablighnya yang sesat dan menyesatkan.
Di antara bid’ah besar Jama’ah
Tabligh ialah bahwa ketentuan dan ketetapan berdirinya Jama’ah
Tabligh berdasarkan wahyu dari Allah yang Allah masukkan ke dalam hati
pendiri jama’ah tabligh yaitu Muhammad Ilyas. (Jamaa’atut Tabligh,
Aqaa-iduha, ta’rifuha hal 98 dan 99 oleh Ustadz Abi Usamah sayyid
Thaaliburrahman). Oleh karena itu tidak boleh ada perubahan sedikitpun juga
meskipun Ulama Ahlus Sunnah telah memperingatkan mereka akan kesesatan mereka.
-Selesai-
((Disalin dari buku Sudahkah Anda
Mengenal Jama’ah Tabligh? Karya Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat hal.
28-55, cetakan Darul Qalam-Jakarta))
Tidak ada komentar:
Posting Komentar